Nama :Mohammad
Rizal Febri Ibrahim
NIM :3401409049
Makul :Antropologi
Kesehatan
Ponari, bocah asal
Jombang ini tiba-tiba menjadi ngetop
setelah diadisambar petir.
Setelah peristiwa yang hampir merenggut jiwanya itu, banyak
orang yang percaya
bocah ini bisa mengobati segala
macam penyakit.
Dari informasi
yang dihimpun,
Selasa (3/2/2009),
anak pasangan
Kasim (40) dan Mukaromah (28), warga Dusun Kedungsari,Desa
Balongsari, Kecamatan Megaluh,
Jombang, pada
pertengahanJanuari
2009 lalu bersama teman-teman sebayanya
asyik bermain hujan. Namun,
tiba-tiba dia merasakan kepalanya seolah dilempar batu sekepaltangan,
saat petir menyambar.
Saat tersadar, Ponari menemukan
batusebesar
telur ayam di bawah kakinya. Saat diambilnya,
batu itumengeluarkan
sinar kemerah-merahan.
Setelah itu, batu
yangditemukannya
lalu dibawa pulang. Selang berapa lama, tiba-tiba rumah bocah
itu selalu dibanjiri
warga dari pelosok Jawa Timur yang ingin berobat
untuk menyembuhkan penyakitnya. Sayangnya, tidak ada yangtahu,
siapa yang menyuruh
Ponari membuka praktek
pengobatanalternatif
itu. Selain itu, tidak jelas pula, siapa yang pertama kali diobatioleh
Ponari, sehingga penyakit yang diderita bisa sembuh. Hanya saja,sejak batu mirip kepala
belut itu ditemukan, beredar kabar di masyarakat,Ponari bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Tentunya dengan syaratsudah
meminum air yang dicelup batu milik Ponari itu. Tak pelak, setiaphari rumah Ponari
selalu dipenuhi ratusan
orang yang ingin berobat.Terlebih lagi, bocah
yang baru duduk di kelas 3 SDN Balongsari ini, tidak memungut tarif kepada
para pasiennya.
♦
Menurut
Solita Sarwono (1993), antropologi kesehatan
adalah ilmutentang
pengaruh unsur-unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakattentang
penyakit dan kesehatan. Dan menurut
William A. Havlland,antropologi
adalah studi tentang
umat manusia, berusaha
menyusungeneralirasasi
yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya setrauntuk memperoleh
pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman
manusia
Di sebutkan pula
pada buku itu, bahwa “wawancara pengobatan” (yakniinterksi formal antara orang yang
menduga atau mengetahui dirinya sakitdengan
seorang individu yang oleh
kebudayaannya
dianggap mampumenolong orang sakit).
Menurut Wilson, interaksi tersebut adalah “suatu pokok penting dari
pengobatan”(R.Wilson 1963:273)Ada
kesepakatan bahwa wawancara pengobatan umumnya paling tepatdianalisis
dalam arti hubungan antara peranan, norma-norma tingkah laku,harapan-harapan
yang diketahui, yang
memberi ciri pada kedua
aktor dalam peristiwa tersebut. Namun
tidaklah cukup mempehatikan hubunganantar
peranan dalam konteks perawatan medis yang terbatas saja, karenaseperti yang
ditunjukkan oleh Wilson,
“Kekacauan dari berbagai tingkahlaku dan harapan-harapan yang digolongkan dalam
peranan dokter atau peranan
pasien tidaklah
disadari sebagai
kekosongan. Justru
peranan- paeranan
tersebut amat peka terhadap
kerangka lingkungan
nilai-nilai budaya,
terhadap berbagai aktifitas non-medis, dan terhadap irama sertasuasana
komunitas sekeliling
mereka. Hanya karena kesehatan
dan penyakit
adalah masalah manusia
yang menonjol, usaha-usaha
untuk mengatasinya melalui
interaksi dokter-pasien terutama diharapkan pada pengaruh-pengaruh
waktu dan tempat,
dimana usaha
tersebutdilakukan.”( R.Wilson 1963:274).
Apresiasi yang sepenuhnya dari setiapwawancara
pengobatan memerlukan pengetahuan tentang latar belakang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar