Rabu, 04 April 2012


Makna terkikis Realita

INDONESIA PUSAKA

Syair Pertama:
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Syair kedua:
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi



Lagu indah diciptakan oleh Ismail Marzuki. Syair yang dituliskan berisi harapan pendiri bangsa dan  cita-cita bangsa. Sumber daya alam yang terbentang seluas daratan dan lautan bangsa ini. Panorama alam yang menjadi primadona pujuaan negara-negara lain. Dasar kenasionalan itu diletakkan dalam pasal 1 ayat 1 UU NO. 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria, yang menyatakan bahwa: "Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia" dan pasal 1 ayat 2 UU NO. 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria yang berbunyi bahwa: "Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional". dalam syair pertama.
makna itu terkikis oleh ulah oknum yang tak betanggung jawab. Sebagaimana dalam derita rakyat papua mereka hidup diatas tanah emas. namun tak bisa menikmati kekayaan sebagai “Pusaka abadi nan jaya” dalam syair pertama. kekayaan alam yang seharusnya dinikmati dan diolah anak negeri , tetapi dibiarkan dirampas bangsa lain. Sebagai mana dicantumkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 “ Bumi , air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. bahwa bangsa Indonesia ataupun Negara bertindak sebagai pemilik tanah. Apa masih ada kekayaan alam yang seharusnya didapat dapatkan rakyat pulau mutiara hitam? Sungguh miris bangsa yang besar tidak bisa mengatur dan bertindak.     
Sungguh menyesali semua apa yang terjadi namun jangan terlelap oleh keadaan ini. Harapan tentu ada dan itu akan terwujud oleh para aparat penegak dan pemerintah yang menjalankan semua roda di bangsa ini . tentu semua penyelesaian akan berhasil bila semua lini bekerjasama dengan baik, kolektif dan saling menguntungkan. Makna itu akan terkikis oleh realita, dan akan terhapus oleh waktu.

By Fajar Ilham Mahafi
    FH UNDIP ‘09

1 komentar: