Salah seorang temanku bertanya, “zi, kamu kan mahasiswa, koq ga pernah ikut
demo sih?”. Dan aku Cuma senyum. Mungkin yang ada di benaknya adalah, mahasiswa
harus melakukan demonstrasi, berkoar- koar didepan halayak. Ya, memang ini
sedang ngetrend jika kita lihat di berita televisi- televisi nasional dan tak
jarang yang berakhir ricuh.
Aku pribadi sih, sangat menghargai cara mereka yang memilih
jalan ber-demo untuk menyampaikan aspirasi.
Aku juga yakin mereka punya alasan tersendiri untuk memilih jalan itu.
Tapi yang aku sayangkan adalah, sering kali demo berujung
ricuh, bahkan bersifat anarkis. Merusak fasilitas umum lah, bakar ban ditengah
jalan lah, blokir jalan lah, atau hanya sekedar orasi yang menempati badan
jalan sehingga menyebabkan macet. Apa mereka gak sadar, buat bangun fasilitas
umum kan pake duit rakyat, aksi mereka yang mengganggu ketertiban umum juga
pastinya merugikan rakyat juga dong. Apa ini yang dikatakan sebagai
memperjuangkan rakyat? Katanya orang berpendidikan? Koq pake-nya cara- cara
yang gak cerdas sih?
Pernah suatu ketika aku lihat berita demo tentang hari bumi
yang mengkritik tentang polusi. Tapi anehnya koq bawa …… yang pake kertas
karton atau manila gitu. Nah, abis acara selesai mau dikemanain tuh atribut, Cuma
dibuang toh? Sekarang coba piker lagi, bikin kertas pake kayu. Kayu didapet
dari hutan. Kalo dipake Cuma sekali dan habis acara Cuma dibuang, apa itu bukan
pemborosan?.
Sekarang gimana caranya jangan pake demo- demo-an. Aku piker
sih, langsung aja tunjukin mereka cinta lingkungan dengan cara bersihin selokan
kek. Pasti akan lebih bermanfaat. Dari pada Cuma koar- koar tanpa action.
Ditulis Oleh: Imam Zia Utama
Ditulis Oleh: Imam Zia Utama
miris mmang, skrg ini yg dbtuhkan action yg tpat
BalasHapusbagaimana sekarang kinerja pemerintah dalam menghadapi persoalan ini?
Hapus